Oleh: suciwahdania | April 2, 2010

Al-Maturidi Sang Imam Ahlusunah Yang Terlupakan

Sebuah komunitas tentunya mempunyai tokoh yang mempelopori komunitas itu berdiri, begitu halnya Ahlussunah Waljama`a. Sebagai madzhab yang bisa dikatakan terbesar dan memiliki kwantitas umat terbesar tentunya memiliki tokoh-tokoh yang mempelopori dan menyusunnya. Mereka adalah Abu Hasan Al-Asy`ary dan Abu Manshur Al-Maturidi. Sebagaiman telah kita maklumi besama bahwa Al-Asy`ary lah yang digembor-gemborkan bapak Ahlussunah Waljam`ah dan mengenyampingkan Al-Maturidi. Disini kita akan meneropong profil beliau sehingga kita tahu ada apa dan kenapa beliau dikesampingkan oleh umat.

Nama lengkap beliau adalah Abu Manshur Muhammad bin Muhammmad bin Mahmud Al-Maturidi, Al-Maturidi sendiri dinisbatkan pada nama daerah dimana beliau dilahirkan dan tinggal, yaitu “matrud” yaitu daerah Samarqand. Maka tak heran kalau beliau juga mendapat nama tambahan As-samarqandy dan masih banyak lagi gelar dan nama yang beliau sandang.

Sejarawan tiadak menyebutkan secara jelas tentang silsilah keluarganya namun ada yang menyebutkan, bahwa Al-Maturidi dinisbatkan kepada Abi Ayub Kholid bin Zaid bin kulaib Al-Anshory, yaitu salah seorang sahabat yang menyambut Nabi SAW ketika hijrah ke Madinah. Dengan penisbatan ini Al-Imam Bayadhi menyandangkan nama Al-Anshori pada namanya.

Begitu juga dengan tanggal kelahiran beliau, tidak ad satu refrensipun yang mengungkapkan hal ini. Dr. Ayub Ali dalam kitab Al-Bayadhi menyebutkan, bahwa Al-Maturidi Lahir sekitar tahun 238 H/ 852 M. karena salah satu gurunya yaitu Muhammad bin Muqotil Arrozi wafat pada tahun 348 H/ 862 M. dan para sejarawan sepakat bahwa beliau wafat pada tahun 333 H/ 944 M dan dikebumikan di Samarqand.

Al-Maturidi belajar kepada ulama-ulama besar Hanafiyah dimasa itu maka tak heran kalau beliau adalah pengikut Hanafi. Disebutkan dalam Al-Kafawi bahwasanya beliau seperiode dengan Abi Nasr Al-`Ayadhi yang mana mereka berdua belajar kepada Abi Bakar Ahmad bin Ishhaq, Abi Sulaiman Al-Juzjani, Muhammad, dan akhir silsilahnya kepada Abi Hanifah. Pada awalnya beliau berguru kepada Muhammad bin Muqotil Arrozi (Qodhi Arro`yu)

Beliau juga menelurkan empat ulama besar, diantaranya Abu Al-Qosim Ishaq bin Muhammad bin Ismail yang terkenal dengan Al-Hakim Assamarqandy (340 H/ 901 M), Imam Abu Al-Hasan Ali bin Su`aid Arrostaghfani, Imam Abdul Karim bin Musa Al-Bazdawi (390 / 990 M), Imam Abu Al-Laits Al-Bukhori. Keempat muridnya ini kadang-kadang berbeda pendapat dan sepakat dalam menjalankan Aqidah madzhab guru mereka. Karena itu mereka ikut andil dalam mengokohkan aqidah Al-Maturidiyah Li Ahlussunah Waljama`ah disemenanjung Samarqand.

Beliau mengokohkan hidupnya untuk mempertahahnkan aqidah dan mengkounter para penyeleweng sunah. Hal ini menunjukan keluasan pengetahuan dan pemahaman dalam ilmu agama seperti fiqih, ushul, Kalam, dan tafsir, dan itu beliau tuangkan dalam kitab– kitab yang beliau tulis, diantaranya Bayan wahum Mu`tazilah, Rod al-ushul al-khomsah li abi Muhammad al-bahili, Rod Awaili al-adalah Al-Ka`abi, Rod kitab al-imamah liba`dhi arrowafidh. Beliau juga menulis kitab tafsir dengan judul ` Ta`wilat Ahlussunah` atau `Ta`wilat Al-Maturidiyah Fi Bayan Ushul, Ahlussunah Wa Ushul Attauhid`.

Dalam kitab Miftah Assa`adah Wa Mishbah Assiyadah, Thosy Kubra zadah berkata: “ ketahuilah bahwasanya Rois Ahlussunah Waljama`ah dalam ilmu kalam ada dua ulama; salah satunya Hanafiyah dan yang lain Syafi`iyah, adapun Hanafiyah yaitu Abu Manshur Muhammad bin Muhammad bin Mahmud Al-Maturidi, dan sedangkan Syafi`iyah yaitu Sheikh Assunah Imam Al-Mutakallimin Abu Hasan Al-Asy`ary Al-Bashri…”

Diantara Al Maturidy dan Al Asy’ari terdapat beberapa kesamaan dalam hal metode dan ushul madzhab. Dalam ushul madzhab terdapat kesamaan antara keduanya dalam masalah sifat-sifat Allah, Kalam, Ru’yatullah, Arsyi, Isytiwa, Af’alul ‘ibad, Murtakibul Kabiroh dan Syafa’at Rasulullah yang semuanya itu merupakan masalah khilafiah diantara firqoh-firqoh dalam Islam. Bahkan hal itu merupakan tema yang peling penting dalam pembahasan ilmu kalam.

Walaupun terdapat persamaan antara kedua Imam ini tentulah ada perbedaan diantara keduanya. Muhammad Abduh menyatakan bahwasanya perbedaan diantara keduanya tidak lebih dari sepuluh masalah dan semuanya itu merupakan khilafiah lafdiyah saja.

Kemudian dalam kancah sejarah Abu Hasan Al-Asy’ari lebih dikenal daripada Abu Mansur Al Maturidy. Padahal hakikatnya baik Al-Asy’ari maupun Al-Maturidy merupakan dua pembesar Ahli Sunnah Wal Jamaah. Bahkan Al-Maturidy lebih dulu dalam membela aliran Ahli Sunnah Wal Jamaah dibanding dengan Al-Asy’ari. Hal ini berlandaskan Al Maturidy hidup dikalangan Ahlu Al Sunnah dan wafat disana, sedangkan Al Asy’ari baru keluar dari Mu’tazilah berusia 40 tahun. Ketidak terkenalan Al Maturidy dibanding dengan Al Asy’ari dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya :

• Para Sejarawan tidak mencantumkan pada tarajum-tarajum karangannya. Diantaranya yaitu Ibnu Al Nadim (379 H/987M) yang wafat 50 tahun setelah wafatnya Al Maturidy. Padahal ia mencantum Imam Attahawi dan Imam Al Asy’ari. Demikian pula sejarawan yang lain seperti Ibnu Kholkan, Ibnu Al ‘Amad, Assyafadi, Ibnu Khaldun pun tidak mencantumkannya dalam muqoddimahnya dalam ilmu kalam. Begitu pula Jalaludin Assuyuti tidak mencantumkanya dalam tobaqot al mufassirin, padahal Al Maturidy disamping seorang mutakalim dia juga seorang mufasir.

• Faktor geografis. Sebagaimana kita ketahui bahwasanya Al Maturidy hidup di Samarkan yang jauh dari Irak yang saat itu merupakan pusat perkembangan Islam dan disaat yang sama Al Asy’ari mulai memperkenalkan ajaran-ajarannya disana.

Asya’irah dan Maturidiyah merupakan du teologi Islam yang legendaris yang masih eksis hingga saat ini, yang kita kenal dengan Ahlu Sunnah Wal Jamaah. Aliran Maturidyah banyak dianut umat Islam yang bermadzhab Hanafi sedangkan Asy’ariyah banyak dipakai oleh umat Islam Sunni lainnya. Oleh karena itu tidak heran jika kita mendengar NU kita dengan ASYTUR (Asy’ariyah Maturidiyah).

Jika dituangkan dalam bentuk tulisan beratus-ratus lembarpun tak akan culup untuk menampungnya. Dengan sekilas tentang beliau ini marilah kita mengambil pelajaran dan hikmah yang berharga untuk kita, amieen…..!.


Kategori